Baru sekarang aku merasakan yang namanya krisis energi. Di Jawa mungkin tidak terlalu terasa bahwa krisis energi itu hal nyata yang harus kita alami. Selama dua minggu ini, antrian panjang selalu terlihat di beberapa SPBU di Timika.
Di sebuah SPBU di jalan antara Kuala Kencana dan Timika misalnya, sejak pagi berbagai macam kendaraan sudah mengantri. Siang hari SPBU sudah tutup. Aneh kan?
Entahlah, mungkin kapal tanker pengangkut BBM sudah hilang tertelan gelombang di laut Arafuru atau sejak di Jawa memang sudah tidak ada bahan bakar. Aku dengar bahkan Jakarta juga mengalami pemadaman bergilir. Timika bukan cuma bergilir, tapi beregu. Satu kota padam total. Beberapa hari sempat kantor terancam libur selama dua hari akibat pemadaman ini. Berita di koran lokal menyebutkan bahwa persediaan solar di Timika hanya cukup untuk seminggu ke depan.
Sudah dua minggu ini mobil kantor yang aku pakai harus isi bensin eceran, beli di pinggir jalan depan lapangan Timika Indah. Lima liter harganya antara Rp. 40,000 sampai 50,000. Paling susah kalau lagi hujan deras. Isi bensin sambil kehujanan. Tangan ketumpahan bensin. Susah banget rasanya.
pasti serem tinggal di sana..hahaha. kuatkan hati dan jiwa raga…