Pertanyaan

Leave a comment
Keluarga

Kemarin, Papa dikunjungi Pak Slamet Riyanto. Dengan nada tenang -agak khusyuk bahkan- Pak Riyanto menanyakan kabar dan perkembangan terakhir kesehatan Papa. 

Pak Slamet Riyanto bersama dengan Papa pada tahun 1980-an awal mengelilingi Indonesia dengan Eskader Nusantara TNI-AL (semacam Armada Ketujuh Amerika Serikat yang kerjaannya keliling dunia). Kapal markas (flagship) Eskader Nusantara adalah KRI Multatuli. 

Biasanya aku tanya Mama, “Papa kemana, Ma? Papa ke luar negeri, ya Ma? Iya, Papa layar,” kata Mama. Dan setiap kali Papa pulang ke rumah selesai berlayar, aku selalu meminta Papa untuk menceritakan tempat-tempat yang dikunjunginya; “dimana itu Guam dan Palau? Seperti apa Singapura dan Malaysia? Lebih maju mana, Malaysia atau Indonesia? Seperti apa kapalnya Papa? Gambarin, Pa.” Papa kemudian biasanya mengambil kertas kosong dan menggambar jajaran kapal-kapal perang. 

Sekarang, setelah hampir sebulan Papa diopname di RSAL Dr. Ramelan Surabaya karena operasi prostat, aku juga banyak bertanya, “berapa lama, Pa, operasinya? Apakah bius total waktu operasi? Berapa tensi Papa? Kapan boleh pulang, Pa?”

Tidak lama kemudian, Handphoneku berbunyi, ada sms dari Mama; Papa gimana? Kamu temani Papa saja malam ini di Rumah Sakit. Mama ditemani Mbak Ti. Di rumah, Mama juga sedang berjuang memulihkan diri setelah sempat diopname karena Trombositnya turun. 

Aku pengen sekali tanya, “Mama, gimana? Sudah enakan?” Tapi aku urungkan. 

Dunia memang selalu penuh dengan pertanyaan. Sebagian bisa dijawab dengan mudah, sebagian tidak terjawab. Sebagian lagi tidak perlu ditanyakan sama sekali, cukup dijalani saja. Seperti kata Rainer Maria Rilke, Live the questions now. 

“Bener ga?” Tanyaku kepadanya, yang sedari tadi diam mendengarkanku. 

“Emang kamu sudah baca bukunya Rilke?” Tanyanya sambil melumah. Dia memang kelihatan capek. Aku melihat dia hilir mudik di belakang paviliun dari pagi. “Kayaknya pernah. Judulnya, The Fall of the House of the Usher,” jawabku. 

“Mmm… kayaknya itu yang nulis Edgar Allan Poe, deh, bukan Rilke,” balasnya ketus. 

“Pinter juga kamu, ya.”

“Iyalah. Mamaku lama tinggal di Perpustakaan Daerah di Rungkut.”

“Terus kamu ngapain tinggal di sini sekarang?”

“Iseng aja. Emang kenapa kamu tanya-tanya? Katanya mau jalani saja semua pertanyaan?”

“Halah. Yawis, aku tidur aja,” balasku sambil beringsut masuk ke kamar. Papa pasti sudah tidur. Sudah jam 9 malam sekarang. 
“Oke, aku juga pergi.”

“Hati-hati ya, Pus. Jangan teriak-teriak kayak kemarin malam.”
Dia tidak menjawab. Pergi ngeloyor begitu saja seperti biasanya seekor kucing. 
    

 

The Author

Sementara ini tinggal di Timika, Papua

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s