Tahun Astronomi Internasional 2009

comments 2
Current issues
International Year of Astronomy

International Year of Astronomy

UNESCO bersama dengan International Astronomical Union mencanangkan tahun 2009 sebagai Tahun Astronomi Internasional. Tujuannya cukup menarik; untuk membantu warga dunia merenungkan posisi mereka di alam semesta melalui langit, baik di siang hari maupun di malam hari. Selain itu juga untuk menciptakan ikatan lebih dalam dengan alam semesta.

Selama ini langit selalu kita kaitkan dengan ancaman, mulai dari sinar radiasi matahari akibat pemanasan global, meteor ukuran besar yang akan menghantam Bumi. Kita sudah lupa bahwa langit adalah peta maha raksasa yang menggambarkan masa lalu dan masa depan alam semesta dan bahkan manusia sendiri.

Semoga kita di Indonesia juga bisa menyambut pencanangan ini. Ada cukup banyak suku di Indonesia yang telah lama terbiasa mengurai rahasia dan petunjuk semesta dari langit.

Selama aku cuti ini, banyak sekali hal soal Papua yang aku ceritakan kepada teman-teman dan saudara-saudara. Mulai dari berbagai macam kekonyolan, paparan soal alam Papua, pekerjaanku, hingga kisah-kisah yang mengarah ke pelanggengan citra orang Papua sebagai bangsa yang terbelakang. Harus kuakui, kadang memang aku menikmati peran jadi bangsa yang lebih maju. Tapi rasa hormat pada teman-teman Papua membuatku dengan cepat mengibaskan semua kisah konyol yang sekiranya akan memuaskan sifat superior teman-temanku pada bangsa Papua. Apalagi jika aku mengingat orang-orang dari Jawa yang sudah jauh lebih lama berada di Papua. Seperti Pak Ardi dari Bina Swadaya misalnya.

Terakhir aku bertemu dia di Timika. Jalan Serui Mekar gelap gulita saat itu. Maklum, kena jatah pemadaman bergilir. Di Timika satu wilayah bisa gelap total selama 6 jam kalau sudah kena giliran pemadaman. Awalnya dia mengajak ngobrol di ruang tamu. Tapi kemudian dia mengajak ngobrol di teras depan. Setelah menyalakan rokoknya, dia menunjukkan sebuah bintang terang di cakrawala timur. “Itu yang namanya Bintang Kejora”, katanya.

Cerita soal pertemuanku dengan Bintang Kejora itu selalu aku ceritakan dengan hati-hati. Karena setiap kali bercerita aku semakin menyadari bahwa di Papua aku jarang melihat langit. Bahkan di Aroanop aku tidak menyempatkan diri melihat langit.

The Author

Sementara ini tinggal di Timika, Papua

2 Comments

Leave a reply to Muchamad Musyafa Cancel reply