Hujan

Leave a comment
Papua


Curah hujan di Timika sepertinya lebih tinggi dibandingkan Bogor. Sejak pagi kemarin aku tiba di Timika, hujan tak ada hentinya mengguyur kota berpenduduk 50.000 orang ini. Tadi pagi malah hujan deras. Baru jam tujuh pagi dan Pak Yustinus sudah mengajak aku sarapan. Aku setengah tidak percaya masih saja ada orang yang membangunkan aku untuk bekerja di hari seperti ini.

Kira-kira jam setengah delapan Pak Yohan datang menjemput. Keluar dari Hotel Serayu belok kiri lalu putar balik di dekat Pasar Swadaya. Melintasi jalan yang kemarin pagi aku susuri, untuk membeli kopi dan beberapa kebutuhan lain. Jalan dua arah mengingatkanku pada Turen, kota kecamatan di selatan Malang. Kota kecil tapi kegiatan perekonomian nampak lumayan bergeliat. Ingatan itu semakin menancap di kepalaku ketika aku membeli pulsa di sebuah gerai pulsa yang ditunggui oleh seorang pemuda dari Malang. Karena itu ketika ada beberapa kawan yang bertanya soal Timika, selalu aku jawab dengan “seperti Turen”.

Jawaban seorang pendatang dari Solo yang membuka warung bakso di Jalan dua arah itu pasti kurang lebih sama, “Timika seperti Sragen”. Selain orang Solo aku juga bertemu dengan pendatang dari Surabaya dan Lamongan. Penjual roti di dekat hotel rasanya orang Bugis.

Di peta yang tertempel di kantor, terlihat bahwa ibu kota kabupaten Mimika ini terletak di antara rute pengiriman hasil pertambangan dari Tembagapura ke pelabuhan di selatan. Timika berada di Mile 26. Sementara di utara, agak sejajar dengan Mile 38 terletak Kuala Kencana, kota yang dibangun oleh Freeport. Perjalanan dari Timika ke Kuala Kencana kurang lebih sekitar setengah jam. Terus lagi ke utara ada Tembagapura, dan puncak-puncak gunung yang mengandung begitu banyak kekayaan alam: Cartenz dan Grasberg.

Kata Mas Budi, puncak (yang sebagian masih) bersalju itu juga dihuni oleh sebuah suku. Mas Budi mengaku pernah bertemu dengan seseorang yang bercakar ayam dan berkaos tipis dengan santainya berjalan melintasi Mas Budi yang membungkus dirinya rapat-rapat karena kedinginan.

Hujan gerimis masih turun ketika aku berbicara dengan Yulianus, mahasiswa D2 jurusan kependidikan di sebuah kampus lokal yang akan mengurus transfer ke jenjang yang lebih tinggi. Hawa dingin sekali. Masih ngantuk. Aku beranjak keluar kamar dengan jaket tertutup rapat. Di jalanan nampak beberapa pace berteduh di depan pintu masuk hotel.

The Author

Sementara ini tinggal di Timika, Papua

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s