Leave a comment
Tentang kawan

warung jojo

“pie,jo…aku mrono ngko bengi.”
“ok. tapi aku sik sibuk kerjo.”
“ramasalah.”

ternyata memang jojo sibuk sekali. warungnya rame. begitu parkir motor langsung aku bertemu wajah2 lama anak unair, yang paling aku kenal adalah pak dwi dan slamet. ealah…
rasanya kayak cangkruk di corner dulu. bedanya yang ini lebih banyak warga kampung sekitar dan yang jualan adalah si jojo.
setelah ngobrol bentar ama pak dwi aku pindah ke bangku panjang tepat di depan meja tempat jojo bekerja.
warung jojo ini terletak di jl karangmenjangan. gerobak warungnya menempel di divider jalan yang memisahkan dua lajur jalan utama dengan jalan kecil. di divider yang besar itu ada pot-pot besar setiap jarak lima meter. di ruang antara setiap pot itu para pelanggan warung jojo duduk dan menikmati kopi mereka.

tidak lama kemudian slamet datang menemani aku duduk di bangku panjang itu. ternyata anak itu banyak membaca dan nonton film. cara membacanya termasuk unik. dia lebih memilih membaca lebih lambat dari kebanyakan orang ketimbang melewatkan detail cerita. apa ya kok bisa tau2 ngomong buku? ah ya, gara-gara aku mengaku sebagai seorang homophobic. dia langsung nyerocos menceritakan adegan2 di film ‘friends’ yang aku sama sekali ga tau dan kutipan kisah dari buku2 yang ga pernah aku baca. film kayak gituan yang pernah aku tonton paling cuma ‘six feet under’. buku yang ga pernah aku baca dan dibaca slamet sampai tuntas adalah; harry potter, musashi, novel2nya toni morrison, dan…chicken soup for the soul!! haha jadi ingat bu salim.

aku sudah lupa pastinya alur pembicaraan dan beberapa rekomendasi film dari slamet, tapi yang jelas aku ingat bahwa aku jadi pengen dengerin lagunya indigo girls. slamet cerita bahwa dari semua bagian buku chicken soup for the soul (bagian college) dia paling suka yang hal berapa gitu,pokoknya yang ada cerita tentang seorang mahasiswa yang benci ngeliat mahasiswa2 yang suka nongkrong di kampus.

aku jadi agak lupa bahwa agendaku ke warung jojo adalah ketemu dengan jojo. si jojo baru terlihat agak longgar setelah jam 1 malam. jadi aku ngobrol sama slamet kurang lebih sekitar tiga jam dan setelah menghabiskan beberapa batang rokok 76 (yang langsung bikin aku pengen sikat gigi…gahar banget rasanya).

ngono lah mas. kalo ngomong soal suasana, kayaknya ga jauh beda sama suasana warung inspirasi dulu. bedanya warung jojo lebih banyak pelanggan adalah warga kampung dan bukan para pekerja kantoran kayak di warung sampean dulu.eh mas dulu ada pelanggan sampean yang sempat nraktir mabuk itu namanya siapa ya? orangnya sepantaran si dandik gitu lah.

kesamaan dengan warung sampean adalah warung jojo menyediakan papan catur sebagai hiburan. tapi menurut jojo, papan catur yang tersedia sebenarnya banyak, tapi banyak yang hilang. tapi kayaknya si jojo nggak terlalu suka main catur.

ternyata si jojo ngajak aku ngobrol soal csr (corporate social responsibility)warungnya.hehe. dia kepengen warungnya juga jadi pusat kegiatan. aku langsung nanya; ‘kegiatan masyarakat sekitar atau kawan2 (yang kebanyakan anak unair)?’. usulku ya ga banyak,ajak aja warga kampung bikin media sendiri. kalo dibikin acara baca puisi kayak di warung rel deket iain sunan ampel dulu,pasti pelanggan dan warga kampung akan langsung merasa berjarak dengan kawan2. apa itu puisi? hawa panas dan banyak nyamuk gini kok baca puisi? dasar mahasiswa…

pasti asyik toh mas,kalo warga kampung karangmenjangan situ tau sejarah kampung mereka, sejarah jalan karangmenjangan yang sekarang jadi lebar sekali itu. tapi ya itu cuma usul. kalo ga suka ya ayo cari alternatif lain.

aku inget dulu warung sampean jadi rame orang diskusi gara2 main catur dan membacai buku2 yang sampean sediakan di setiap meja. bahkan ada alkitab dan alquran segala.wah masyuookk tenan (kalo kata planky. hehe).

besok aku mungkin ke menanggal ke rumah aldy.kalo bisa aku mampir ke petra. sekalian lihat lowongan pekerjaan. mungkin ada lowongan jadi pendeta di poso.pasti rame. hehe.

oke mas,aku utang sik yo; gudanggaram inter papat,es milo siji, es teh siji, krupuk usus loro.

The Author

Sementara ini tinggal di Timika, Papua

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s