“Inikah ingatan…Kamu jual berapa?”
(Gracio IP, 2005)
Maka berkelilinglah orang rantau itu kemana-mana dengan tas gembelnya. terakhir kali aku (dan beberapa teman) bertemu dia dengan tubuhnya yg tegap saja, tanpa tas gembelnya. mungkin saat itu tasnya sudah terlalu penuh dg barang daganganya. atau mungkin juga dia ingin bertemu kami sebagai sesama pedagang, dan untuk sementara meninggalkan segala macam transaksi. kecuali satu transaksi , yang selalu kami lakukan sambil menenggak minuman dingin. transaksi ini tidak begitu banyak melibatkan begitu banyak orang dan waktu. tapi bukan waktu ug sudah tercangkul di kepala kita. waktu yang kita perdagangkan adalah waktu yang belum bisa kita raba, waktu yang banal, liar, serba berserak. jika hidup adalah film, maka sekuens cerita berjalan maju-mundur. seperti film prancis (irreversible)yang kita tonton sore itu.
Aku berani bersumpah, jika dia datang sebagai pedagang saat itu,aku akan ajak dia nonton film itu. dan bersama kita mungkin akan bersepakat lemas seperti marcus di ruang penjara, setelah dia mengobrak-abrik sebuah klub gay mencari pembunuh alex: “le temp detruit tout”/time destroys everything.
Aku begitu lupa saat itu, sedang di waktu yang bagian mana kita bertemu.