Sabar

Leave a comment
Current issues / Tokoh

Ada orang yg sabar krn itu memang sikapnya. Ada yg sabar krn memilih utk sabar. Dari pengalaman, saya lebih sering ketemu yg kedua. Yg sabar krn pilihan. Milih sabar krn ga mau repot. Mau itu repot krn berantem serempetan di jalan, rebutan jalur di CFD atau milih sayur di pasar.

Sama kayak pak menteri kita yg milih tidak mau percaya sama tragedi Mei 1998 karena merasa tdk terjadi scr massal dan tdk bisa dicari saksi2nya. Saya kira itu pilihan.

Saya ga yakin orang yg punya perpustakaan pribadi begitu besar -dgn koleksi buku dan foto begitu banyak sampai bisa tahu lokasi eksekusi mati Kartosoewirjo- sampai tdk bisa nemu atau mbaca laporan2 temuan2 kerusuhan Mei 1998.

Dia tahu sekali soal pemerkosaan di Nanjing (seperti yg dia sampaikan di rapat dgn DPR) dan mgkn Geger Pecinan 1740 di Batavia. Tapi soal tragedi Mei 98, dia milih ga percaya.

Di masa pandemi lalu, kita sering lihat orang dan pilihan semacam itu. Yg nampaknya bijak dan berpengetahuan, ternyata ga percaya dgn pandemi dan milih percaya teori2 konspirasi. Yg di posisi bisa ngambil keputusan utk nyegah, malah nyuruh rakyat utk berjemur dan minum jamu2an.

Setelah pandemi usai, yg milih tdk percaya pandemi akan lebih mengingat teori konspirasinya ketimbang mengenang korban2 pandemi. Sikap yang 11-12 dgn yg ga mau berempati dgn korban Mei 98 dan memilih percaya teori bahwa Mei 98 adalah persekongkolan aseng utk mendiskreditkan Indonesia.

Sikap yg sama dgn presiden di pidatonya di kongres partai yg baru ganti logonya jadi gajah. Di pidatonya, prabowo bilang bahwa skrg ini banyak org yg sok pintar, bahwa gerakan2 semacam Indonesia Gelap itu disponsori koruptor.

Di akhir pidato, prabowo malah seperti mengkritik diri dan menteri2nya sendiri. “Tadi disebut Mas Kaesang benar teknologi informatika bagus tapi berbahaya bisa disalahgunakan hoaks ujaran kebencian ujaran kebohongan, fake news kadang-kadang, dan tidak mau dikoreksi tidak mau minta maaf dan sebagainya ini yang kita waspada,” kata Prabowo.

Tidak mau dikoreksi dan tidak mau minta maaf. Benar pak. Itu sikap pejabat2 indonesia skrg ini.

Seorang Joko Pinurbo nyatanya lebih bisa membuat pilihan yg benar dibandingkan pejabat2. Jokpin tdk mencatat tragedi dgn “tone positif” atau “demi kebesaran bangsa”. Dia mencatat perasaan kolektif yg ditimbulkan tragedi. Hari2ku terbuat dari innalilahi, tulis Joko Pinurbo.

Orang indonesia sering disebut sebagai orang yg sabar. Selain krn pilihan, utk tinggal di negara seperti Indonesia memang harus sabar, krn itu satu2nya solusi.

Apakah puisi Jokpin yg cuma sepenggal itu mencerminkan kesabaran yg semacam itu? Rasanya tidak.

Membaca puisi Jokpin membuat saya ingat bahwa sabar adalah solusi (jangka pendek) bagi orang yg tdk punya solusi. Sabar yg membangkitkan perlawanan. Dan yang pasti, Jokpin tdk memilih melupakan apalagi menghapus sebuah penggalan sejarah.

Unknown's avatar

The Author

Sementara ini tinggal di Timika, Papua

Leave a comment