Tukang Jambret dan Tukang Copet

Leave a comment
Current issues


Bung Shambazy,

Saya sempat salah mengerti ketika pertama kali mendengar StAR yang mendakwa Soeharto sebagai kepala negara paling korup di dunia. Saya kira StAR adalah inisiatif PBB, karena di sebuah artikel saya membaca bahwa Ban Ki Moon, Sekjen PBB yang baru itu, menyatakan bahwa tidak akan ada lagi kepala negara korup yang bisa hidup dengan tenang.
Ah, saya memang pembaca koran yang buruk akhir-akhir ini. Koran saya baca campur aduk dan sekilas lalu saja kadang-kadang.
Di Kompas Sabtu 22 September 2007 lalu saya membaca tulisan Anda. Di situ Anda menulis bahwa yang meluncurkan prakarsa StAR itu adalah PBB dan Bank Dunia. Mewakili Bank Dunia adalah Robert Zoellick, yang juga tokoh di balik invasi AS ke Irak. Oalahh…ternyata. Hebat sekali cara orang-orang Amerika itu mengelola dunia ini. Rasanya kita ini seperti disuruh nonton acara ngobrol-ngobrol macam Oprah Winfrey Show yang membahas apa saja dan membuat pemirsanya merasa “tersentuh” kemanusiaannya. Sementara Oprah Winfrey sendiri hidup dengan segala kelebihannya.
Selain untuk menutupi kekacauan di Irak, “isu hiasan” ini mungkin juga untuk menjauhkan perhatian masyarakat dunia dari masalah pemanasan global. Mengerikan sekali, Bung, melihat berbagai prediksi soal pemanasan global. Al Gore bilang kita cuma punya waktu 10 hingga 50 tahun sebelum iklim dunia sudah benar-benar berubah. Ketika kunang-kunang menghilang, kita hanya mengelus dada sambil menyalahkan pestisida, tapi kehidupan jalan terus. Kini banyak penyakit aneh muncul, kita cuma bisa berdiam diri sambil merenung: “akankan kehidupan jalan terus?”
Lalu di Kompas Minggu 23 September 2007 diberitakan bahwa Alberto Fujimori diekstradisi ke Peru setelah muncul mengejutkan di Cile. Seperti Soeharto, Alberto Fujimori juga termasuk kepala negara yang korup. Bedanya, bagi Fujimori kehidupan mungkin sudah berakhir, tapi bagi Soeharto kehidupan jalan terus seperti biasa; kumpul dengan cucu-cucu dan menantu-menantunya yang kebanyakan artis ngetop ibukota itu.
Ternyata yang jadi bahan rujukan PBB dan Bank Dunia adalah laporan Transparency International tahun 2005.
Mungkin Multatuli di alam lain sana masih akan terus stres tidak habis pikir. Dulu gara-gara mengungkap “pemerasan” yang dilakukan Bupati Karta Negara terhadap warga Lebak yang miskin, dia dipecat dan hidup melarat. Bahkan sampai sekarang makam Bupati itu sering dijadikan tempat peziarahan. Patung Multatuli di sini kita tidak pernah melihat.
Jangan-jangan harus bangsa lain yang menghukum bangsa kita ya, Bung? Tapi kalau Robert Zoellick dan kawan-kawannya saya sungguh tidak terima. Seperti melihat tukang jambret menasehati tukang copet.
Saya bersedia jadi anggota panitia pengadilan Soeharto yang dipimpin para hakim asing. Di seksi apa pun mau, keamanan pun tidak masalah. Siapa tahu ada tukang copet yang menyusup di keramaian orang yang menonton. Atau intel mungkin, seperti zaman demonstrasi 98-99 dulu. Hehe…

The Author

Sementara ini tinggal di Timika, Papua

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s