Banyak sekali yang ingin aku bicarakan padamu siang itu, tentang kengerian “mati potensi”, tentang “your work does not define you”, tentang makanan terenak di kota ini, tentang hubungan antara rokok dan pertemanan, tentang Henry Miller, dan tentang bir Tiger yang rasanya ga jelas itu.
Tapi mungkin aku terlalu sibuk mendengarkan ceritamu tentang keluargamu, dan peristiwa “kelilipan” yang baru saja kamu alami (ternyata kecil saja ya debu yang nyaris melukai retina matamu itu).
Atau mungkin aku terlalu terpana dengan seekor kucing kecil yang berhenti melintasi taman tempat kita ngobrol. Dia berhenti begitu saja dan duduk menikmati teduhnya suasana di bawah pohon. Kamu cuma bisa melihat dua ujung telinganya yang membuat kucing itu nampak seperti pelapis tutup toples.