Babi…

Leave a comment
Papua

Ah Pace, di sini ada banyak babi. Tapi sampai sekarang aku belum ketemu babi yang naik angkot seperti kamu bilang dulu.

Di belakang sa pu kantor ada tiga kandang babi yang isinya paling tidak dua ekor babi. Setiap hari di jam-jam tertentu mereka menguik-nguik, mungkin karena jam tidurnya diganggu atau telat mendapatkan jatah makan. Besar sekali ya ternyata babi itu, Pace. Aku kira seukuran sama kambing.

Walaupun binatang peliharaan yang sangat berguna, mereka tidak berkeliaran di jalan seperti kambing di Jawa. Baru sekali aku melihat babi-babi berkeliaran di jalan, di SP 9.

Sang Mama tentu saja marah besar. Seharian Mama nongkrong di rumah temannya membicarakan anaknya yang dipaksa ikut ujian. Sampai babi-babinya dibiarkan berkeliaran kampung dan nyaris aku tabrak. Lucu sekali liat babi-babi itu berlarian.

Aku ga bisa bayangin kalo kamu ikut aku saat itu. Pasti ko su lari kejar babi-babi itu.

Asal-usul hewan itu misterius, Pace. Tra mungkin kan mereka hasil domestifikasi celeng. Menurut Dr. Kal Muller, sampai sekarang memang belum ada yang bisa menjawab asal-usul babi yang sekarang ini di Papua. Dia hanya berani memperkirakan bahwa babi yang ada sekarang ini bukan babi asli Papua, tapi datang ke Papua seiring dengan kedatangan orang Austronesia dan Melanesia. Tapi di lain halaman Dr. Kal Muller bilang kalau semua bangsa yang datang ke Papua pada masa prasejarah hanya membawa satu harta benda saja: api.

Kata Pak Titus, babi asli Papua itu ada, bentuknya beda dengan babi yang biasa dipelihara orang dan lebih mirip celeng. Ah babi, aku ini ngomong apa sih.

The Author

Sementara ini tinggal di Timika, Papua

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s